“Tidaklah Anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah ( Kecenderungan untuk percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” ( Riwayat Muslim)
Inilah amanah besar bagi setiap orang tua, sungguh sebagai calon manusia,
Dedek adalah manusia yang behak untuk mendapatkan pendidikan yang baik,
Dedek juga berhak untuk mengetahui kebenaran, tapi mampukah Papa mu ini kelak memberikannya padamu? Mampukah Papa mu ini membimbingmu nanti dek? Sebelumnya maafkan Papamu ini jika kelak tidak cukup bisa menyampaikan betapa agungnya arti sebuah keimanan.
Maafkanlah Papamu ini Dek karena dengan segala keterbatasan ilmu tidak cukup bisa mengajarimu sebagaiman Luqman Al-Hakim mengajari anak-anaknya.
Maafkan Papa Dek karena saat inilah Papa belajar menjadi seorang bapak.
Tidak banyak ilmu yang Papa miliki sebagai calon bapak, bahkan ilmu tentang pendidikan anak juga baru Papa membacanya semenjak Mama hamil Dedek.
Papa juga kadang masih jarang membacakan Dedek Al-Quran, kadang lupa menyapa Dedek, temasuk kadang lupa mendoakan Dedek, bahkan Papa lebih sering kawatir apakah Papa mampu nyekolahin Dedek nanti, apakah cukup gaji Papa buat membiayai kebutuhan Dedek dari susu, baju dan lain-lain, tapi Papa gak perna memikirkan bagaimana jika nanti kelak Dedek bertanya “ Allah itu siapa, pa?”
Banyak sekali kelalaian yang sudah Papa lakukan, padahal Dedek belum juga lahir. Begitu banyak yang sudah Papa lewatkan tanpa sadar, hingga keberadaan Dedek semakin nyata, semakin berat, tanpa sadar pula Papa mengeluh lagi Dek Astaghfirullah..
Dek, maafin Papa jika keberadaanmu malah membuat Papa mengeluh,
Setiap orang tidak bisa memilih dari mana kita di lahirkan, tetapi dari mana pun kita dilahirkan, Allah telah meletakan fungsi fitrah ini secara sama
Karena itu Dek, semoga Dedek tidak berkecil hati lahir dari orang tua yang sangat terbatas ilmunya, semoga Dedek tidak kecewa dan berkecil hati ketika Papa tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kritismu tentang keberadaan Allah.
Maafkan juga jika dengan segala aktivitas dan rutinitas, mambuat Papa kelak tidak sabar meladeni luapan rasa ingin tahu dedek, dengan segala kelelahan yang demikian terasa. Mungkin Papa kelak juga akan membentak dan memarahi Dedek
Seiring dengan akan datangnya saat kelahiranmu dek, maafin Papa ya Dedek yang punya banyak keterbatasan ini, namun keberadaan Dedek sunggu melecut semangat Papa bahwa kau adalah titipan yang wajib dijaga sebaik-baiknya kehadiran mu sungguh-sungguh membuat Papamu ini untuk menata diri demi memberikan pendidikan dan teladan yang terbaik buat Dedek.
Sesungguhnya Dedek banyak mengajarkan banyak hal pada Papa....
Maka, Dedek ijinkanlah Papa belajar darimu
“Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka berfirman , ‘ Bukankah aku ini Tuhan mu?’ Mereka menjawab, ‘ Betul (engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.’ Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan)” (Al-A’raaf:172)
Terinspirasi tulisan “Maafkan ibumu Nak’ Majalah Hidayatullah
Inilah amanah besar bagi setiap orang tua, sungguh sebagai calon manusia,
Dedek adalah manusia yang behak untuk mendapatkan pendidikan yang baik,
Dedek juga berhak untuk mengetahui kebenaran, tapi mampukah Papa mu ini kelak memberikannya padamu? Mampukah Papa mu ini membimbingmu nanti dek? Sebelumnya maafkan Papamu ini jika kelak tidak cukup bisa menyampaikan betapa agungnya arti sebuah keimanan.
Maafkanlah Papamu ini Dek karena dengan segala keterbatasan ilmu tidak cukup bisa mengajarimu sebagaiman Luqman Al-Hakim mengajari anak-anaknya.
Maafkan Papa Dek karena saat inilah Papa belajar menjadi seorang bapak.
Tidak banyak ilmu yang Papa miliki sebagai calon bapak, bahkan ilmu tentang pendidikan anak juga baru Papa membacanya semenjak Mama hamil Dedek.
Papa juga kadang masih jarang membacakan Dedek Al-Quran, kadang lupa menyapa Dedek, temasuk kadang lupa mendoakan Dedek, bahkan Papa lebih sering kawatir apakah Papa mampu nyekolahin Dedek nanti, apakah cukup gaji Papa buat membiayai kebutuhan Dedek dari susu, baju dan lain-lain, tapi Papa gak perna memikirkan bagaimana jika nanti kelak Dedek bertanya “ Allah itu siapa, pa?”
Banyak sekali kelalaian yang sudah Papa lakukan, padahal Dedek belum juga lahir. Begitu banyak yang sudah Papa lewatkan tanpa sadar, hingga keberadaan Dedek semakin nyata, semakin berat, tanpa sadar pula Papa mengeluh lagi Dek Astaghfirullah..
Dek, maafin Papa jika keberadaanmu malah membuat Papa mengeluh,
Setiap orang tidak bisa memilih dari mana kita di lahirkan, tetapi dari mana pun kita dilahirkan, Allah telah meletakan fungsi fitrah ini secara sama
Karena itu Dek, semoga Dedek tidak berkecil hati lahir dari orang tua yang sangat terbatas ilmunya, semoga Dedek tidak kecewa dan berkecil hati ketika Papa tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kritismu tentang keberadaan Allah.
Maafkan juga jika dengan segala aktivitas dan rutinitas, mambuat Papa kelak tidak sabar meladeni luapan rasa ingin tahu dedek, dengan segala kelelahan yang demikian terasa. Mungkin Papa kelak juga akan membentak dan memarahi Dedek
Seiring dengan akan datangnya saat kelahiranmu dek, maafin Papa ya Dedek yang punya banyak keterbatasan ini, namun keberadaan Dedek sunggu melecut semangat Papa bahwa kau adalah titipan yang wajib dijaga sebaik-baiknya kehadiran mu sungguh-sungguh membuat Papamu ini untuk menata diri demi memberikan pendidikan dan teladan yang terbaik buat Dedek.
Sesungguhnya Dedek banyak mengajarkan banyak hal pada Papa....
Maka, Dedek ijinkanlah Papa belajar darimu
“Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka berfirman , ‘ Bukankah aku ini Tuhan mu?’ Mereka menjawab, ‘ Betul (engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.’ Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan)” (Al-A’raaf:172)
Terinspirasi tulisan “Maafkan ibumu Nak’ Majalah Hidayatullah
No comments:
Post a Comment