Wednesday, August 30, 2006

Repotnya Nyiapin Nama

Seiring dengan semakin besarnya kehamilan istriku, ada satu hal yang jadi lebih sering saya sama istri lakukan, yaitu memperhatikan nama-nama orang dan cari-cari artinya :D
Kemarin sempet kumpul-kumpul nama bayi juga loh di internet udah kami print juga, sekarang dan di jilid bagus dan jadi pegangan kita kemana-mana…

Setiap nemu nama orang ya kita liat artinya apa... hehehe konyol juga kan

Ya yang bikin pusing lagi gak tahu mesti nyiapin nama cowok apa cewek …
Iya ketika periksa di Palangkaraya di Dr. Sigit waktu USG di bilanginnya kalo bayinya cewek, dan sebelum berangkat ke Palembang (karena istriku berencana melahirkan di Palembang) Dr Sigit jelasin kayaknya cewek, tetapi waktu sampe palembang Istriku periksa sendiri di RS Charitas, Sama Dr Setiabudi di bilanginnya cowok. Nah loh ...kan jadi makin bingung deh...tapi gak masalah benernya cowok apa cewek yang penting sehat dedeknya

Jadi kayaknya mesti nyiapin dua nama kayaknya, sekarang seh gampang tinggal panggil dedek tapi dedek juga mesti punya nama, namanya juga mesti bagus artinya...

Kalo liat nama-nama anak-anak temen-temen ( nah loh semuanya disebut 2 kali) kami koq bagus-bagus banget artinya. Memang nama juga punya arti doa, harapan juga bagi orang tua.
Gak mungkin kasih nama sembarangan juga nama yang bikin minder, kasihan dedek mesti nanggung seumur hidup kalo namanya gak bagus.

Sempet juga kepikiran gak usah capek-capek yang simpel aja minta nama ama nenek dan kakeknya...hehehe tapi kayaknya nenek ama kakeknya juga udah ikut pusing sekarang hehehe...

Sekarang seh sudah ada 2 nama yang dah kita siapin tapi masih belum fix, kita masih terus mencari-cari lagi sapa tahu masih ada yang lebih bagus lagi...
Ya ini juga pelajaran dari dedek lagi, belajar jadi orang tua. belajar nyiapin nama..

Gimana nih ada yang punya usul? Sekalian kasih arti ya..

Monday, August 28, 2006

1 Paket Kebahagiaan dan Kesedihan

Kalau boleh memilih mungkin saya mungkin memilih hidup ini untuk seneng terus, Gak ada sedih gak ada marah-marah, gak ada stress-stres. Tapi jadi mikir juga gimana hidup ini bisa saya nikmati kalo isinya monoton terus, wah pasti saya lebih bakal bosen lagi dan ujung-ujungnya malah sedih stress dan lain-lain…

Beberapa hari ini saya sedikit gampang marah, sebel-sebel juga, ya intinya saya sedikit tidak stabil, masih bisa saya baca di sini bagaimana gembiranya saya ketika apa yang saya dan istri perjuangkan selama ini akhirnya berhasil ya Pengurusan pindah istri saya untuk mengikuti suami akhirnya dikabulkan oleh kantor pusat, kemudian di susul saya di promosikan sebagai supervisor akuntansi di Cabang Bulukumba yang juga di ikuti kenaikan peringkat yang intinya juga berpengaruh terhadap penghasilan keluarga kami. Semua kebahagiaan ini rasanya datang beruntun….

Tapi tepat sebelum liburan 17 agustusan kemarin semua seakan sirna ketika kantor wilayah tempat istri saya bekerja ngotot untuk mempertahankan istri saya dan menjelaskan akan ada pembatalan SK pindah istri saya tersebut dan bla-bla lainnya yang gak bisa saya tangkap lagi dengan jernih karena pikiran saya langsung kacau dan blank, dunia seperti gelap rencana saya buyar, Istri saya yang sedang hamil besar tak berhenti-berhenti menangis dan langsung mengurus cuti melahirkan 3 bulan. Saya sendiri seperti tidak percaya jadinya semangat kerja juga menurun gampang emosi jadi sempet stres juga

Ya tidak ada kehidupan yang tidak di warnai kesedihan, saya pernah baca tulisannya Kahlil Gibran

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka Kedoknya, Tawa dan air mata datang dari sumber yang sama. Lebih dari itu semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa, maka semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan”

Jadi memang kebahagiaan dan kesedihan adalah dua sejoli yang sepasang, kita tidak bisa memilih salah satu tetapi mereka merupakan satu paket, ada kebahagiaan karena ada kesedihan, dualisme yang saling mengisi dan melengkapi dan kami menerimanya bener-bener satu paket sekaligus.

Saya percaya di balik ini semua ada suatu hikmah besar yang bisa saya dan istri saya ambil, aneka warna hidup yang barusan kami alami ini semoga bisa menjadi tangga bagi kami untuk menjadi lebih dewasa dan lebih arif bijaksana menghadapi segala sesuatunya,. untuk menghadapi masalah sebesar apapun termasuk untuk menjadi orang tua dalam membesarkan dedek putra kami nanti.

Hari-hari terakhir kami lebih konsentrasikan untuk kelahiran dedek putra pertama kami selain untuk melupakan sejenak soal SK pindah tadi, dan sambil terus berusaha untuk terus mengurus kepindahan istri atau saya yang pindah mengikuti istri yang penting kami bisa bersama-sama membesarkan dedek putra kami. Saya percaya episode cerita urus-urus pindah ini belum selesai dan saya yakin Allah akan memudahkan kami. Amin

Wednesday, August 23, 2006

Loser

Saya menyerah...
Saya capek, bosan....
lupakan dulu SK, lupakan dulu soal pindahan istri...
konsentrasi ke kelahiran dedek...

untuk ke sekian kalinya saya nyerah....

Dedek ijinkan Papa belajar darimu

“Tidaklah Anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah ( Kecenderungan untuk percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” ( Riwayat Muslim)

Inilah amanah besar bagi setiap orang tua, sungguh sebagai calon manusia,
Dedek adalah manusia yang behak untuk mendapatkan pendidikan yang baik,
Dedek juga berhak untuk mengetahui kebenaran, tapi mampukah Papa mu ini kelak memberikannya padamu? Mampukah Papa mu ini membimbingmu nanti dek? Sebelumnya maafkan Papamu ini jika kelak tidak cukup bisa menyampaikan betapa agungnya arti sebuah keimanan.

Maafkanlah Papamu ini Dek karena dengan segala keterbatasan ilmu tidak cukup bisa mengajarimu sebagaiman Luqman Al-Hakim mengajari anak-anaknya.

Maafkan Papa Dek karena saat inilah Papa belajar menjadi seorang bapak.

Tidak banyak ilmu yang Papa miliki sebagai calon bapak, bahkan ilmu tentang pendidikan anak juga baru Papa membacanya semenjak Mama hamil Dedek.

Papa juga kadang masih jarang membacakan Dedek Al-Quran, kadang lupa menyapa Dedek, temasuk kadang lupa mendoakan Dedek, bahkan Papa lebih sering kawatir apakah Papa mampu nyekolahin Dedek nanti, apakah cukup gaji Papa buat membiayai kebutuhan Dedek dari susu, baju dan lain-lain, tapi Papa gak perna memikirkan bagaimana jika nanti kelak Dedek bertanya “ Allah itu siapa, pa?”

Banyak sekali kelalaian yang sudah Papa lakukan, padahal Dedek belum juga lahir. Begitu banyak yang sudah Papa lewatkan tanpa sadar, hingga keberadaan Dedek semakin nyata, semakin berat, tanpa sadar pula Papa mengeluh lagi Dek Astaghfirullah..
Dek, maafin Papa jika keberadaanmu malah membuat Papa mengeluh,

Setiap orang tidak bisa memilih dari mana kita di lahirkan, tetapi dari mana pun kita dilahirkan, Allah telah meletakan fungsi fitrah ini secara sama
Karena itu Dek, semoga Dedek tidak berkecil hati lahir dari orang tua yang sangat terbatas ilmunya, semoga Dedek tidak kecewa dan berkecil hati ketika Papa tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kritismu tentang keberadaan Allah.

Maafkan juga jika dengan segala aktivitas dan rutinitas, mambuat Papa kelak tidak sabar meladeni luapan rasa ingin tahu dedek, dengan segala kelelahan yang demikian terasa. Mungkin Papa kelak juga akan membentak dan memarahi Dedek

Seiring dengan akan datangnya saat kelahiranmu dek, maafin Papa ya Dedek yang punya banyak keterbatasan ini, namun keberadaan Dedek sunggu melecut semangat Papa bahwa kau adalah titipan yang wajib dijaga sebaik-baiknya kehadiran mu sungguh-sungguh membuat Papamu ini untuk menata diri demi memberikan pendidikan dan teladan yang terbaik buat Dedek.

Sesungguhnya Dedek banyak mengajarkan banyak hal pada Papa....
Maka, Dedek ijinkanlah Papa belajar darimu

“Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka berfirman , ‘ Bukankah aku ini Tuhan mu?’ Mereka menjawab, ‘ Betul (engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.’ Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan)” (Al-A’raaf:172)

Terinspirasi tulisan “Maafkan ibumu Nak’ Majalah Hidayatullah